
Lenterainspiratif.com | Opini – Bukan bintang biasa, julukan fenomenal ini sepertinya cocok jika kita alamatkan ke lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang belakangan namanya sedang naik daun.
Saking melejitnya nama ACT sampai-sampai membuat orang-orang yang ada di sekelilingnya tidak bisa tidur nyenyak meski tidur di ranjang seharga puluhan juta atau di hotel bintang lima seharga ratusan juta semalam.
Sebut saja, Hilmi Firdausi. Seorang influencer terkemuka di Indonesia ini, belakangan namanya terseret-seret dalam kasus penyelewengan dana umat yang diduga dilakukan oleh ACT.
Hilmi dibombardir oleh netizen dengan kecaman-kecaman pedas sebab banyak fotonya yang bertebaran di jagat maya sedang mempromosikan program-program sosial ACT yang ternyata sempurna ngibulnya tersebut.
Wajar saja sebagai lembaga kemanusiaan terbesar di negara ini, ACT kerap menjadikan influencer sebagai juru kampanye mereka. Dengan narasi yang dibumbui air mata dan kesedihan, mereka mampu menggugah hati nurani para calon penyumbang. Ciamik sekali bukan? Pencitraan maksimal, cuan pun mengir lancar. hehehe.
Namun siapa sangka laporan yang keren dengan gambar ilustrasi yang menghentak dari Tempo, membuat pihak ACT kelabakan, bagaikan seorang petarung yang sudah sering juara tapi tersungkur hanya dengan satu pukulan telak dan mematikan.
Selain menggandeng influencer, usut punya usut ternyata lembaga aksi cepat tilap ini rupanya juga terafiliasi dan mempunyai kedekatan khusus dengan salah satu petinggi partai di Indonesia. Partai apa ya? Sebut saja partai sapi karena lagi musim Qurban alias hari raya idul adha.
Tudingan bahwa ACT memang mempunyai kedekatan dengan dunia politik sudah bukan barang baru lagi. Bahkan logo ACT pernah nangkring di rompi yang dipakai Anies Baswedan. Memang kelihatan hebat dan mempunyai jaringan yang kuat.
Tapi asal pembaca tau, berkumpul atau ikut nimbrung dalam aroma politik, bahaya bisa datang kapan saja. Berkumpul dengan sesama mafia atau bajingan, efeknya pasti akan dirasakan, minimal cakar-cakaran untuk adu kuasa.
Diketahui, ACT memang kerap berkolaborasi dengan pemprov dalam banyak kegiatan dan ini juga di akui oleh Wakil Gubernur Ariza. Namun muncul sebuah teka-teki kenapa ACT bisa lolos dalam kerjasama ini? Kan ada banyak lembaga lain?.
Kita kembali lagi ke partai sapi. Selain karena sedang musim Qurban. Penulis lebih pas nulis partai yang terafiliasi dengan ACT sebagai partai sapi itu karena dulu ada kader petinggi partai tersebut yang terlibat korupsi sapi.
Perlu pembaca ketahui bahwa ACT disebut-sebut ikut dalam keramaian 212, dan itu menjadi kendaraan Anies, maka yah sudah bisa diduga kedekatan itu menjadi alasannya, lalu bagaimana ACT bisa ikut nimbrung dalam 212? Sebagai lembaga filantropi bukankah sebaiknya netral saja bukan malah menyuplai aliran dana?
Bisa jadi ACT ini memang dekat dengan partai sapi tersebut salah satu partai yang paling berperan dalam 212, gerakan politik yang berbungkus agama.
Padahal kurang relijiyes apa coba mereka itu? Mungkin mereka ini adalah orang-orang yang paling rajin shalat tepat waktu, tetapi kenapa bisa buangsat begitu?
Jadi partai sapi dan ACT mungkin berbeda, yang satu jalur politik, dan satunya lagi lembaga donasi, namun keduanya bisa saja sama, yaitu sama-sama membungkus kebejatan dengan kemasan agama untuk mengontrol atau menguasai orang-orang bodoh.
Tapi ya begitulah, jika ada salah satu diantara mereka yang lagi apes ketahuan aparat, maka yang lain segera cuci tangan agar tidak ketahuan pula bobroknya.
Wes sakmunu ae. Piye menurut mu slurrddd….
Penulis: Slamet Indharto